Suatu hari ketika pulang sekolah, saya terkejut sekali melihat suami saya menjemput , tanpa memakai alas kaki. Suami saya menggunakan jaket butut, celana butut, motor kuna yang kami juluki motor ethek kewer…ha..ha..eeeeh…tanpa alas kaki lagi. Teman yang melihat keadan tersebut,hanya bisa menertawakan sambil ditahan-tahan, bahkan ada yang mengejek. Untungnya saya orangnya tidak pernah marah, saya hanya tersenyum membalas olokan dan ejekan mereka, karena saya tahu mereka tidak mempunyai maksud yang sungguh-sungguh mengejek. Karena kami sudah bergaul sekian tahun,sehingga sudah tahu sifat dan watak masing-masing.

“Lho pah,kok nggak pake sandal?” Tanyaku spontan .

“He..he..nanti  takceritani.” Jawaban suamiku sekenanya.

“Ayo tho Pah,segera cerita.. “Jawabku lagi dengan tidak sabar.

“Iya,tapi  Mamah mbonceng dulu…”

“siap.” Jawabku singkat sambil mengangkat badan untuk duduk di boncengan.

     Setelah saya membonceng, dan suami menstater motornya, kami mulai melakukan perjalanan pulang. Berbagai pertanyaan sedang berkecamuk di pikiranku, Kenapa suamiku tidak pakai sandal? Padahal di rumah ada 4 sandal yang baru juga yang lama. Kenapa suamiku menunda-nunda jawabannya?. Dan setelah sampai di suatu tempat, Ternyata tempat itu adalah Tempat Tambal Ban.Dan barulah suamiku bercerita bahwa tadi pada waktu di perjalanan,tiba-tiba ban motornya bocor. Segeralah suamiku membawa motornya ke Tukang Tambal Ban. Setelah Bapak tambal ban selesai dengan pekerjaannya, Suamiku segera merogoh sakunya untuk mengambil dompet..eeeeh.. astagfirullah..dompet yang dicari,ternyata tidak ada. Kemudian dengan apa suamiku membayar jasa Bapak Tukang Tambal Ban,Dan suamiku mempunyai ide cemerlang untuk meninggalkan sandal jepitnya sebagai jaminan. Dengan berhati-hati suamiku menyampaikan idenya, tanpa dinyana Bapak Tukang Tambal Ban menyetujuinya. Terima kasih Bapak, engkau mempunyai hati yang sungguh mulia.Semoga Allah selalu melindungimu,meberimu rezeki yang berkah barokah juga kesehatan keselamatan  di setiap langkah hidupmu..aamiin.